Pembuatan Preparat dengan Metode Parafin

Pengertian Metode Parafin

Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen yang menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 mikron-8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 mikron (Sudiana, 2005).

Sedangkan menurut Mannus (1960) Metode parafin merupakan metode untuk mengeraskan jaringan atau organ yang akan dibuat sediaan dengan metode irisan. Ada 3 macam metode untuk mengeraskan jaringan atau organ yang akan diiris yaitu metode beku, metode seloidin, metode parafin, dan metode penanaman rangkap. Saat ini metode yang paling sering digunakan adalah metode parafin karena hamper semua macam jaringan dapat dipotong atau diris dengan baik bila menggunakan metode parafin (Mannus, 1960).

Continue reading

Pengertian dan ciri ciri Porifera (Invertebrata) lengkap

Tahukah kamu jika gambar di atas termasuk hewan? Hewan apakah itu? Mungkin sebagian banyak orang masih asing dengan Porifera dan menganggap Porifera adalah tumbuhan. Seperti namanya, tubuh porifera bisa kita kenali dengan bentuk luarnya yang berpori-pori seperti spons.

       Bacalah peta konsep di bawah ini. Peta konsep ini akan memberikan petunjuk apa saja materi Porifera yang dijelaskan

Continue reading

Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)

Ctenocephalides felis
Gambar. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)

     Menurut (Pratiwi dkk, 2007:220) Ordo siphonoptera memiliki ciri-ciri tidak mempunyai sayap, tubuhnya pipih lateral yaitu jarak tubuh dari kiri ke kanan kecil sekali dibanding jarak dari sisi ventral ke dorsalnya. Metamorfosis sempurna/holometabola (telur-larva-pupa-imago), mempunyai alat mulut penusuk dan penghisap, serta bermata tunggal (oselus)

   Ctenocephalides felis merupakan pinjal yang ektoparasit dari ordo Siphonoptera. Seringkali orang tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral dengan demikian bentuk pinjal secara utuh dapat dilihat dari pandangan samping. Bentuk tubuhnya yang unik ini ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu atau rambut inangnya. (Soviana dan Upik dalam Yuniarti, 2011).

     Gigitan pinjal ini dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudian berlanjut hingga menjadi radang kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selain akibat gigitannya, kotoran dan saliva pinjal pun dapat berbahaya karena dapat menyebabkan radang kulit.

     Ctenocephalides felis pada kucing dapat dilakukan dengan melihat adanya kotoran seperti butiran pasir diantara bulu kucing, dan biasanya Ctenocephalides felis dapat ditemukan pada daerah yang berbulu lebat seperti pada bagian leher.

Continue reading